Assalamualaikum sobat, setelah sekian
lama nggak posting, saya nongol lagi nih. Topik kali ini saya mau membahas
tentang kreatifitas ABG Samarinda, disamping saya bangga menjadi seorang ABG
Samarinda dan memang Samarinda patut bangga mempunyai ABG seperti saya, maaf
ngawur. Maksudnya ABG-ABG Samarinda yang benar-benar kreatif..
Bagi yang belum tau Samarinda,
Samarinda itu ibu kota Kalimantan Timur, memang kalangan luar Kalimantan akan
lebih familiar dengan kota Balikpapan, namun Samarinda masih jadi ibu kotanya
ya..
Balik ke topik pembahasan. Nggak apa
kota Balikpapan lebih tersohor dari kota Samarinda, tapi perlu diketahui kalau
ABG-ABG Samarinda gak kalah kreatifitasnya dari ABG-ABG kota lain ataupun kota
Balikpapan, banyak komunitas remaja di Samarinda. Beberapa komunitas tersebut
antara lain komunitas
Skateboard,
komunitas Stand Up Comedy dan banyak
lainnya, hehe maaf saya bukan anak sosial, jadi yang “banyak lainnya” silahkan
di browse sendiri yah.
Fokus ke satu pembahasan, kayaknya Stand Up Comedy menarik untuk
dijabarkan, karna saya familiar dan suka nonton Stand Up Comedy, thats my favorite one;)
Stand Up Comedy menjadi hiburan panggung yang fenomenal. Televisi
menyiarkan dalam sebuah program acara. Aneka lomba diadakan. Di berbagai kota
muncul kegiatan Stand Up Comedy.
Banyak bermunculan Comic sebutan pelaku
Stand Up Comedy yang berbakat. Umum mengartikan Stand Up Comedy adalah melawak tunggal.
Boleh-boleh saja, namun makna terpentingnya bukan sekadar melucu, tapi
menyampaikan pesan yang memiliki nilai dan arti.
Karenanya tak seharusnya seorang Comic
tersandra dengan kelucuan, sehingga hanya tampil sebagai tukang nmelucu yang
tak punya pesan. dalam penulisan kreatif.
Sering muncul pertanyaan: "Mengapa membedakan lawak dengan
Stand-Up Comedy? Apa karena gengsi?"
Karena memang berbeda dari kedalaman
makna. Komedi tunggal (padanan untuk Stand-Up Comedy, atau disingkat komtung)
merUpakan sebuah format pertunjukan lawak yang memiliki sejumlah konvensi atau
pakem tersendiri. Pertanyaan di atas sama dengan, "Kenapa membedakan fiksi
dengan novel?"
Novel memang karya fiksi, tapi tidak
semua karya fiksi itu novel. Komtung memang pertunjukan lawak. Tapi tidak semua
pertunjukan lawak itu komtung. Di Indonesia, sebagai contoh, ada format lawak
Mataraman (atau Dagelan Mataram) yang dipopulerkan almarhum Basiyo
(meninggal tahun 1984).
Pertanyaan berikut: "Lantas kenapa pelaku komtung
disebut comic? Nggak mau disebut pelawak?"
Sekali lagi: comic dan pelawak itu
istilah dengan kedalaman makna berbeda. Yang pertama khusus, yang kedua umum.
Analoginya seperti novelis dan penulis. Sah saja menyebut seorang novelis
sebagai penulis. Namun, tidak semua penulis adalah novelis. Ada juga cerpenis,
kolomnis, dan sebagainya.
Jadi silakan menyebut seorang comic
sebagai pelawak. Tapi tidak semua pelawak adalah seorang comic. Di sisi lain,
istilah lawak sendiri sudah mengalami penyempitan makna karena terlalu sering
dikaitkan dengan format yang populer di Indonesia. Jadi, penggunaan istilah
pelawak untuk mengacu seorang comic bisa jadi memberikan persepsi yang keliru.
Bukannya tidak mau. Hanya berpotensi menyesatkan.
Pertanyaan terakhir: "Kalau begitu, sudah adakah
istilah Indonesia untuk menyebut seorang comic atau Stand-Up comedian?"
Sayangnya, belum. Kalau ada usul,
silakan. Salah satu alternatif adalah pengomtung. Tapi istilah itu banyak
menerima penolakan, haha. Padahal salah satu syarat diterimanya sebuah istilah
baru adalah penggunaannya secara meluas.
Sumber :
http://lifeforscream.blogspot.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar