Senin, 01 Desember 2014

Salah Satu Kreatifitas Remaja (ABG) Kota Tepian


Assalamualaikum sobat, setelah sekian lama nggak posting, saya nongol lagi nih. Topik kali ini saya mau membahas tentang kreatifitas ABG Samarinda, disamping saya bangga menjadi seorang ABG Samarinda dan memang Samarinda patut bangga mempunyai ABG seperti saya, maaf ngawur. Maksudnya ABG-ABG Samarinda yang benar-benar kreatif..

Bagi yang belum tau Samarinda, Samarinda itu ibu kota Kalimantan Timur, memang kalangan luar Kalimantan akan lebih familiar dengan kota Balikpapan, namun Samarinda masih jadi ibu kotanya ya..


Balik ke topik pembahasan. Nggak apa kota Balikpapan lebih tersohor dari kota Samarinda, tapi perlu diketahui kalau ABG-ABG Samarinda gak kalah kreatifitasnya dari ABG-ABG kota lain ataupun kota Balikpapan, banyak komunitas remaja di Samarinda. Beberapa komunitas tersebut antara lain komunitas Skateboard, komunitas Stand Up Comedy dan banyak lainnya, hehe maaf saya bukan anak sosial, jadi yang “banyak lainnya” silahkan di browse sendiri yah.

Fokus ke satu pembahasan, kayaknya Stand Up Comedy menarik untuk dijabarkan, karna saya familiar dan suka nonton Stand Up Comedy, thats my favorite one;)

Stand Up Comedy menjadi hiburan panggung yang fenomenal. Televisi menyiarkan dalam sebuah program acara. Aneka lomba diadakan. Di berbagai kota muncul kegiatan Stand Up Comedy.
Banyak bermunculan Comic sebutan pelaku Stand Up Comedy yang berbakat. Umum mengartikan Stand Up Comedy adalah melawak tunggal. Boleh-boleh saja, namun makna terpentingnya bukan sekadar melucu, tapi menyampaikan pesan yang memiliki nilai dan arti.
Karenanya tak seharusnya seorang Comic tersandra dengan kelucuan, sehingga hanya tampil sebagai tukang nmelucu yang tak punya pesan. dalam penulisan kreatif. 

Sering muncul pertanyaan: "Mengapa membedakan lawak dengan Stand-Up Comedy? Apa karena gengsi?"

Karena memang berbeda dari kedalaman makna. Komedi tunggal (padanan untuk Stand-Up Comedy, atau disingkat komtung) merUpakan sebuah format pertunjukan lawak yang memiliki sejumlah konvensi atau pakem tersendiri. Pertanyaan di atas sama dengan, "Kenapa membedakan fiksi dengan novel?"

Novel memang karya fiksi, tapi tidak semua karya fiksi itu novel. Komtung memang pertunjukan lawak. Tapi tidak semua pertunjukan lawak itu komtung. Di Indonesia, sebagai contoh, ada format lawak Mataraman (atau Dagelan Mataram) yang dipopulerkan almarhum Basiyo (meninggal tahun 1984).

Pertanyaan berikut: "Lantas kenapa pelaku komtung disebut comic? Nggak mau disebut pelawak?"

Sekali lagi: comic dan pelawak itu istilah dengan kedalaman makna berbeda. Yang pertama khusus, yang kedua umum. Analoginya seperti novelis dan penulis. Sah saja menyebut seorang novelis sebagai penulis. Namun, tidak semua penulis adalah novelis. Ada juga cerpenis, kolomnis, dan sebagainya.

Jadi silakan menyebut seorang comic sebagai pelawak. Tapi tidak semua pelawak adalah seorang comic. Di sisi lain, istilah lawak sendiri sudah mengalami penyempitan makna karena terlalu sering dikaitkan dengan format yang populer di Indonesia. Jadi, penggunaan istilah pelawak untuk mengacu seorang comic bisa jadi memberikan persepsi yang keliru. Bukannya tidak mau. Hanya berpotensi menyesatkan.

Pertanyaan terakhir: "Kalau begitu, sudah adakah istilah Indonesia untuk menyebut seorang comic atau Stand-Up comedian?"

Sayangnya, belum. Kalau ada usul, silakan. Salah satu alternatif adalah pengomtung. Tapi istilah itu banyak menerima penolakan, haha. Padahal salah satu syarat diterimanya sebuah istilah baru adalah penggunaannya secara meluas.

Sumber : http://lifeforscream.blogspot.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar